Free sex merupakan kata umum yang sering didengar akhir-akhir ini. Larangan untuk melakukan hal tersebut banyak dilakukan di mana-mana. Spanduk-spanduk anti free sex, penyuluhan-penyuluhan tentang free sex, serta iklan-iklan di televisi yang menyerukan bahaya-bahaya free sex dapat ditemukan dengan mudah. Namun, pertanyaan yang muncul dari fenomena itu adalah, “Apakah usaha itu cukup berhasil di masyarakat?” Apakah masyarakat menanggapi secara positif apa kata spanduk, pembicara di acara-acara penyuluhan, dan apa yang ditayangkan di iklan televisi? Hal itu masih dipertanyakan, mengingat free sex sudah sangat meluas dan mendarah daging di masyarakat.
Tidak hanya para remaja saja yang menganut free sex, parahnya “penyakit” itu sudah menjalar ke siswa-siswa SMP dan SD, yang masih di bawah umur, dan belum saatnya untuk mengenal apalagi melakukan tindakan tersebut.
Salah satu yang menyebabkan hal ini terjadi adalah karena tidak terkontrolnya media dan masyarakat dalam menyampaikan informasi. Dengan kecanggihan teknologi yang semakin lama semakin berkembang pesat, bukan hal yang sulit bagi masyarakat untuk mengakses informasi-informasi yang berhubungan dengan kegiatan-kegiatan sex, yang dulunya sangat tabu untuk dibicarakan secara umum.
Semua orang pada dasarnya mengerti bahwa free sex adalah suatu perbuatan yang tidak sepantasnya dilakukan. Namun orang-orang itu juga tidak berusaha untuk menghindarinya. Semakin lama, data-data di internet menunjukkan bahwa tingkat perbuatan sex bebas meningkat tajam. Perbuatan tersebut tidak hanya dilakukan di tempat-tempat yang tertutup dan pribadi, namun juga dilakukan di tempat-tempat umum. Para pelaku juga tidak malu untuk menunjukkan apa yang mereka lakukan pada orang lain, dengan cara mempublikasikan perbuatan mereka melalui foto-foto maupun video, yang kemudian di upload ke internet.
Dampak dari free sex sendiri juga sudah banyak diketahui oleh masyarakat. Dampak tersebut meliputi penyakit mental dan penyakit fisik.
Yang dimaksud dengan penyakit mental dalam kondisi ini adalah penurunan moral masyarakat yang perlahan-lahan mulai ketagihan free sex dan mulai mengikuti gaya hidupnya. Dalam berbagai ajaran agama telah jelas melarang akan adanya hubungan intim, layaknya suami istri di luar nikah. Akan tetapi, manusia karena menuruti hawa nafsunya sering melupakan hal yang penting ini. Manusia sering melupakan akan adanya Tuhan yang mengatur kehidupan manusia dalam ajaran agama dengan melarang perbuatan yang tidak bermoral seperti itu.
Tuhan melarang umatnya untuk melakukan hubungan seperti itu, dan bila melanggarnya, bukankah kita akan mendapat dosa? Tapi fakta membuktikan, sebuah ancaman dosa tidak cukup kuat untuk mengendalikan diri manusia agar tidak terjerumus dalam dunia free sex. Bila seseorang sudah ketagihan akan kegiatan sex yang bebas, lama-kelamaan dia pasti merasa adanya sesuatu yang kurang bila tidak melakukannya. Dan hal ini bisa menyebabkan tindakan-tindakan kriminal yang perlu diwaspadai. Seperti contohnya, bila seseorang tidak mempunyai uang untuk membayar seorang pelacur agar gairah sexnya terpenuhi, orang tersebut dapat saja melakukan pencopetan, atau perampokan, atau hal-hal kriminal lain yang menghasilkan uang. Dan bila usahanya tidak berhasil, ada kemungkinan dia akan melakukan tindakan percabulan atau bahkan pemerkosaan.
Hal-hal seperti itulah yang dimaksud dengan penyakit mental. Manusia jadi seperti tidak punya hati dan perasaan. Semuanya dipengaruhi oleh emosi dan nafsu yang mengambil alih pikiran sehat yang selama ini digunakan untuk menalar sesuatu. Jikalau hal-hal yang telah disebutkan di atas terjadi maka manusia atau pribadi tersebut akan terpuruk dalam kejahatan dosa. Tuhan sebagai Sang pencipta manusia akan merasa sedih karena cinta kasihNya yang begitu besar dibalas dengan dosa. Padahal kita mengetahui bahwa itu perbuatan dosa dan dilarang oleh agama tetapi mengapa kita tetap melakukannya?
Dengan berganti-ganti pasangan, kita terancam tertular virus-virus berbahaya yang akan merusak sel-sel tubuh kita. Seperti raja singa, dan HIV AIDS, yang dapat mengancam nyawa manusia. Beberapa bulan belakangan ini, banyak LSM-LSM yang gencar menyuluhkan pemakaian kondom guna mencegah penyakit-penyakit berbahaya yang diakibatkan oleh dampak free sex. Namun tidakkah kita sadar bahwa itu merupakan ajakan terselubung agar kita ikut menganut gaya hidup free sex?
Dengan adanya kondom, kita merasa aman dalam melakukan hubungan badan dengan orang yang belum terikat pernikahan dengan kita, dan kita melakukannya dengan orang yang berbeda-beda. Rasa aman itu merupakan racun manis yang dapat membunuh mental kita dan membuat kita menimbun dosa, dan jatuh dalam api neraka.
Bukankah bila ingin menghindari penyakit mental dan penyakit fisik tersebut hanya ada satu cara yang pasti dan efektif? Cukup dengan tidak melakukannya, maka kita akan terhindar dari semua itu. Terbebas dari mental yang bobrok, aman dari penyakit-penyakit kelamin yang mematikan, jauh dari dosa, dan semakin dekat dengan Tuhan.
Free sex bukanlah gaya hidup yang patut diikuti. Banyak ajakan-ajakan halus yang tanpa kita sadari membawa kita ke kehidupan itu. Memang susah untuk menghindar, namun hal tersebut dapat dihindari dengan keimanan kita terhadap Tuhan, pengetahuan-pengetahuan kita tentang agama, dan kecintaan kita terhadapNya.
Semakin tebal iman kita, maka banyak pengetahuan tentang semua larangan Tuhan, dan semakin besar rasa cinta kita pada Tuhan, akan menghindarkan kita dari jalan setan yang hanya memberikan rasa manis di depan, namun akan menjerumuskan kita ke jurang penyesalan untuk selamanya. Sebenarnya banyak hal yang dapat kita lakukan agar tidak terpengaruh dalam perbuatan dosa seperti yang dijelaslkan di atas. Lebih baik kita memperbanyak ikut dalam kegiatan keagamaan daripada menuruti hawa nafsu kita dengan menikmati kesenangan duniawi yang hanya sementara namun membawa penderitaan yang berkepanjangan. Tuhan tidak melarang adanya hubungan sex akan tetapi dalam aturan yang jelas yaitu dalam hubungan pernikahan. Di luar nikah, hal tersebut sangat dilarang oleh Tuhan dalam agama. Dengan iman percaya yang kuat terhadap Tuhan hendaknya kita menyadari dan mulai merespon negatif akan adanya free sex. Kita jangan terpengaruh dengan kenikmatan dunia yang adalah dosa. Biarlah nama Tuhan dipermuliakan dengan perbuatan kita yang tidak terpengaruh oleh dosa.
Kamis, 26 Maret 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar